Title : Eternal Love
Author : @lyaalyoot (lyotssi)
Length : One Shoot (2.320 words)
Genre : Romance, Sad ending
Rating : 15+
Cast(s) : - Victoria Song
-
Nickhun
Buck Horvejkul
Disclaimer : This FF mine! All cast(s) belong to God and
their parent.
Warning : Typo. Don’t be plagiarizm. Pls, leave u’re comment
after reading^^
Summary : Aku terlalu berpangku padamu, dan sampai pada saat
cinta itu telah tiada, aku tak mampu berdiri sendiri.
-Victoria
PoV-
Inilah
aku yang sekarang. Berbeda 100% dengan Victoria yang dulu. Sekarang kerjaanku
hanya mengurung diri di kamar dan selalu menangis. Takdir, kenapa takdir begitu
menyakitkan? Ini bulan December dan turun salju. Harusnya aku berbahagia,
bermain-main dengan butiran salju. Tetapi tidak sekarang.
Aku
begitu menyayanginya, aku bahkan tak pernah memikirkan ini akan terjadi, tapi
takdir berkata lain. Aku tahu, Tuhan sangat menyayanginya, makanya Ia mengambil
nyawanya segera agar bisa berbaring disamping Tuhan.
[Flashback On]
-SMA
Kwang-An-
Aku
bosan, sangat bosan. Sudah setahun lebih aku bersekolah disini, dan hari-hari
yang kulalui hanya seperti ini. Aku tidak terlalu memiliki banyak teman,
entahlah mungkin sikapku yang dingin membuatku malah dijauhi teman-temanku.
Hanya dia, Seohyun yang dekat denganku di kelas ini.
“YAA!!!
Victoria Song!” Teriakan Seohyun menyadarkan lamunanku.
“Nde?”
Aku terkejut menjawab spontan.
“Aigoo.
Apa yang kau lamunkan, hah? Namja?” Dia menerka-nerka.
“Yaa!
Yaa! Mana mungkin. Aku bahkan tidak mengenal seorangpun namja di kelas 2” Aneh
memang. Tapi aku memang tak mengenal seorangpun namja yang seangkatan denganku.
“Miris
sekali. Ah, Victoria! Bagaimana kalau kita mengintip kelas 2 namja? Aku dengar
mereka kedatangan murid baru dari Thailand” Katanya semangat.
“Ya
Seohyun-nie, ini sekolah! Untuk apa mengintip segala? Shireo!” Tolak-ku sambil
memasukkan buk kedalam tas.
“Ayolaaah!”
***
Disinilah
kami sekarang. Diluar kelas 2 namja. Mengintip dari jendela luar. Entah kenapa
setelah mendapat paksaan dari Seohyun aku malah mengiyakan.
Yang
kulihat sekarang adalah murid baru yang sedang memperkenalkan dirinya di depan
kelas.
“Annyeonghaseyo,
nae ireum-eun Nickhun Buck Horvejkul imnida. Aku dari Thailand. Aku pindah ke
Korea, karena ayahku bekerja disini. Dan, aku lancar bahasa Korea karena
nenekku keturunan asli Korea. Semoga kita bisa menjadi teman yang baik.
Gamsahamnida” Dia membungkukkan badan dan sekarang ia tersenyum… dan chakkaman…
dia… tersenyum kearahku?!!!
BRAK!
Karena kaget aku tersentak dan kepalaku menghantup jendela kelas 2 namja dan
aku spontan berteriak, “Aww!!” Sekarang, satu kelas dan tentu saja Kang
seonsaeng-nim menatapku heran. Tapi berbeda dengan anak baru itu dia malah
tersenyum melihat kejadian itu. Argh, benar-benar memalukan.
“Ya!
Kalian berdua! Apa yang kalian lakukan?” Kang seonsaeng-nim mendatangi kami.
“Mianhada
seonsaeng-nim” Aku bersama Seohyun membungkuk bersamaan.
“Kalian
berdua, ttarawa!” Kami lalu berjalan membuntut di belakang Kang Seonsaeng-nim.
“Bersihkan
WC ini sampai bersih! Algettji?”
“Nde,
seonsaeng-nim” Kataku dan Seohyun bersamaan. Lalu Kang seonsaeng-nim
meninggalkan kami berdua.
“Seohyun-a,
mianhae. Gara-gara aku kita jadi seperti ini” Kataku sambil membuang sampah ke
dalam bak sampah.
“Ya!
Ini juga salahku. Aku yang mengajakmu untuk mengintip kelas itu. Tidak usah
dipikirkan, Ara?” Katanya sambil mengepel lantai WC.
“Ne,
arasho, Hahaha” Lalu kami tertawa bersama.
“Mianhada
seonsaeng-nim” aku bersama Seohyun berulang kali membungkukkan badan tanda maaf
kepada Kang seonsaeng-nim setelah kami selesai membersihkan WC.
“Baiklah,
jangan ulangi lagi!”
“Ne,
seonsaeng-nim!”
“Ya,
Seohyun-nie, bagaimana kalau kita makan? Baegopa” Kataku sambil mengelus-ngelus
perut.
“Kau
saja ya. Aku harus mengurus beberapa proposal OSIS. Mianhae, Victoria” Seohyun memang
sangat aktif di organisasi.
“Ye,
gwaenchana”
***
Aku
sedang membawa jatah makan siangku mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru
kantin, tidak ada tempat kosong. Aku berputar-putar mencari tempat kosong, dan…
Dia murid baru tadi melambai-lambaikan tangan ke arah? Ke arah siapa? Aku
menengok kebelakangku. Tidak ada orang.
“Na?”
Tanyaku padanya sambil menunjuk diriku sendiri.
“Ne”
Katanya sambil tersenyum. Aku menghela nafas, menundukkan kepala lalu berjalan
lunglai ke arahnya. Malu, hanya itu yang aku rasakan saat ini. Malu atas
kejadian tadi. Pertemuan pertama yang sangat memalukan.
***
Sudah
sekitar satu bulan aku berteman akrab dengannya. Dan aku rasa… aku mulai
menyukainya. Tapi sepertinya cintaku ni hanya cinta sepihak.
Hari
ini ada pertandingan basket antara kelas 2 namja melawan kelas 1 namja. Dia
sangat ingin aku menonton. Aku pun pergi dengan Seohyun, walaupun ini hanya
pertandingan antar kelas, tapi kursi penonton terlihat penuh.
***
Pertandingan
selesai dan dimenangkan oleh kelas 2 namja. Yang menjadi Top Scorrer tidak lain
tidak bukan adalah Nickhun. Dia pintar, tampan, jago basket. Hampir semua yeoja
disekolah ini menyukainya. Termasuk, ya.. Aku.
Seluruh penonton bertepuk tangan untuk kelas 2 namja. Chakkaman… Semua
pemain basket dan pemain cheersleader tiba-tiba berkumpul di tengah laangan
sambil membawa papan di atas kepala masing-masing. Terdengar suara komentator
yang berteriak “Hana dul set!”
Mereka
semua lalu membalikkan papan diatas kepala mereka dan terbentuklah tulisan
jumbo,
“Victoria Song, would you be
mine?”
Aku
yang sedang duduk dikursi penonton menjatuhkan air mata. Aku menangis terharu.
Aku tau ini perlakuan siapa. Aku terlalu speechless
sampai tidak menyadari bahwa Nickhun sedang berlutut dihadapanku dan
memberikan setangkai bunga mawar lengkap dengan senyuman khasnya. Aku mengambil
bunga mawar itu lalu tersenyum padanya tanda meng-iya-kan, air mataku jatuh
terharu.
***
Kami
menjalani hubungan sudah sekitar 5 tahun. Seperti hubungan lainnya, kami juga
sering bertengkar, tetapi selalu berbaikan. Dewasa, sikap itulah yang selalu
aku rindukan darinya. Dia selalu mengalah untukku, bahkan untuk hal yang konyol
sekalipun.
Suatu
hari, dia mengajakku makan ramen karena dia sudah lama sekali tidak makan
ramen. Tapi ditengah jalan, aku malah merengek ingin makan sushi, akhirnya kami
malah makan sushi.
Romantis,
aku selalu berhayal saat menonton drama Korea. Aku berhayal kalau aku yang
menjadi yeoja dalam drama itu, karna namja dalam drama Korea selalu romantis.
Sejk ada Nickhun, semuanya menjadi kenyataan. Ke-romantisan-nya tak pernah
habis. Dari mulai hal-hal kecil hingga yang membuat aku terkejut dan menangis
bahagia.
Waktu
itu –SMA- aku ditugaskan untuk membawa buku-buku yang berat ke kantor. Saat
itu, dia tiba-tiba datang dan langsung mengambil buku itu dariku dan
membawakannya ke kantor.
Hal
romantis lain, saat itu aku berulang tahun yang ke-19. Seharian kami tidak
bertemu, bahkan handphone-nye mati. Aku menghawatirkannya. Aku sudah menganggap
bahwa hari itu adalah ulang tahun terburuk dalam hidupku. Tapi, saat hari sudah
malam, Seohyun datang kerumahku. Menyuruhku memakai gaun lalu menutupi mataku.
Aku dibawa menaiki mobil ke suatu tempat, yang aku tidak tahu dimana. Lalu aku
di duduk-kan di sebuah kursi. Ada yang membuka penutup mataku dari belakang. Di
depan mataku sekarang terdapat layar yang sedang memutar sebuah video yang
berisi photo-photo-ku bersama Nickhun, di iringi sebuah lagu mellow yang membuat suasana menjadi
bertambah romantis. Aku menitik-kan air mata, terharu. Sesekali aku tersenyum
melihat photo-photo itu, di akhir video ada rekaman Nickhun yang meminta maaf
dan diakhir video dia berlutut, memberikan sebuah cincin dan berkata,
“Will
you marry me, Victoria Song? Tengoklah kebelakang”
Aku
berdiri lalu memutarkan badan ke belakang dan tidak sengaja bibirku dan
bibirnya bersentuhan. Dia ternyata terlalu dekat denganku. Aku tersentak kaget,
mataku membulat. Kulihat, dia juga sangat terkejut. Aku yakin dia juga tidak
sengaja melakukan ini.
Di
tangannya ada sebuah cincin. Dia tersenyum lalu berlutut di hadapanku.
“Will
you marry me, Victoria Song?” Dia mengatakannya sekali lagi di hadapanku secara
langsung, sambil membuka kotak cincin yang di dalamnya terdapat cincin yang
sangat cantik. Sekali lagi aku meneteskan air mata.
“Yes,
I will” Kataku padanya sambil tersenyum. Dia berdiri, lalu memasangkan cincin
itu di jariku, dan memelukku erat. Kami resmi bertunangan di hari ulang
tahunku. Kado yang dia berikan merupakan kado terindah dalam hidupku.
***
Saat
itu dua tahun setelah kami resmi bertunangan. Di tanggal yang sama, hari ulang
tahunku yang ke-21.
“I’m
ready” Aku berdiri di depan cermin sambil melihat diriku yang sudah tampil
sempurna dengan pakaian musim dinginku. Aku melihat jam di tangan kiri-ku,
kurang 5 menit jam 4. Aku tinggal menunggu Nickhun menjemputku.
“Victoriaaa!”
Teriak omma-ku dari lantai satu. Ah, pasti Nickhun sudah datang.
“Ne,
aku akan turun, omma” Lalu aku menuruni tangga. Aku sudah melihat Nickhun yang tersenyum
melihatku. Kami berpamitan pada omma-ku lalu pergi.
Kami
sengaja hanya berjalan kaki, tidak menggunakan mobil. Sepanjang jalan, tangan
hangat Nickhun selalu menggenggam tanganku. Aku benar-benar sangat merasa di
lindungi olehnya.
Kami
sampai di sebuah café, dia membeli cake kecil lalu menancapkan sebuah lilin di
tengah cake itu. Dia menyanyikan lagu selamat ulang tahun,
“Saengil
chukka hamnida, saengil chukka hamnida. Saranghaneun Victoria, saengil chukka
hamnida. Tiuplah lilinnya” Katanya lagi.
“Nde”
Kataku dan meniup lilinnya. Lalu kami tertawa, dan meminum teh berdua.
Selama
di café dia tak pernah berhenti menatapku.
“Wae?
Kenapa kau selalu menatapku? Apa ada yang salah denganku hari ini?” Aku
menatapnya heran.
“Anhi.
Aku sangat mencintaimu, Victoria. Kau tau?” Dia terus menatapku.
“Aku
tau, aku juga sangat mencintaimu, Nickhun-ah”
“Maukah
kau selalu mencintaiku, bahkan jika sebentar lagi Tuhan mencabut nyawaku?”
“YAA!
Untuk apa kau bicara seperti itu?” Aku menatapnya sinis.
“Maukah
kau berjanji? Yakseok?” Dia mengulurkan jari kelingkingnya. Aku tersenyum
sambil menatap matanya,
“Ne,
yakseok” Aku melingkarkan jari kelingkingku dengan jari kelingkingnya.
***
Kami
lalu bermain-main dengan salju. Kami bermain perang salju, seperti anak-anak. Kami
juga saling melempar bulatan-bulatan salju.
Lalu
kami berlarian, sampai aku tak sadar bahwa aku sekarang ada di jalan raya. Aku
ada di tengah jalan, langkah-ku tiba-tiba terhenti dan aku melihat lampu mobil
yang sangat terang mendekat ke arahku. Aku memejamkan mata, berteriak, dan
BRUK!
Kenapa?
Aku tidak merasakan apa-apa. Aku membuka mataku, dan yang kulihat… Nickhun, dia
terbaring bersimbah darah. Aku tiba-tiba terduduk dan langsung menangis
histeris.
***
Dia
sudah di tangan oleh pihak rumah sakit. Keluarga-nya juga sudah ada di sini.
Aku meminta maaf atas kejadian ini pada keluarga Nickhun, tapi keluarganya
menyuruhku agar jangan merasa bersalah karena ini sudah takdir Tuhan. Dan tugas
kami sekarang adalah berdoa demi keselamatannya.
Saat
itu, aku terus menangis. Aku duduk di kursi tunggu dengan persaan sedih, takut,
dan deg-deg-an.
“Namja
pabo!!!”
Aku
bergumam sendiri dalam tangis ku. Kenapa dia tidak membiarkan aku saja tadi?
Harusnya aku yang ada di tempat Nickhun sekarang. Kenapa dia malah melakukan
itu? Air mataku semakin deras. Aku juga sempat membenci diriku sendiri saat
itu.
Tak
lama, dokter keluar dari ruangan Nickhun. Kami semua langsung berdiri menghadap
dokter.
“Eotteokhae,
dokter?” Tanyaku penasaran sambil menangis.
“Dia
masih sangat lemah, tapi dia sudah siuman. Hanya boleh ada 1 orang yang
menemuinya sekarang” Dokter itu memberi penjelasan. Semua memandang ke arahku
mengisyaratkan bahwa aku harus masuk ke dalam ruangan Nickhun dan menemuinya
sekarang. Sebelumnya aku membungkuk 90 derajat ke arah keluarga Nickhun. Lalu
aku pelan-pelan masuk ke ruangannya.
Aku
menangis. Menangis melihat orang yang aku cintai terbaring lemah dengan kepala
di perban, infuse ditangan dan selang oksigen di mulutnya. Tak lupa baju hijau
rumah sakit itu melengkapinya.
Dia
tersenyum ke arahku. Senyum paling tulus yang pernah aku lihat darinya. Aku
duduk disamping ranjangnya.
“Ya!
Namja pabo! Apa yang kau lakukan tadi, huh?!” Aku memarahinya sambil terus
mengeluarkan air mata.
“Aku
melindungimu” katanya lemas. Dia menghapus air mataku dengan tangannya yang aku
rasa dia saja sulit untuk menggerakannya. Aku menggenggam erat tangan kirinya
dengan kedua tanganku.
“Kau
masih ingat janjimu kan?” Katanya terbata-bata.
“Nde.
Tentu saja” Kataku sambil lagi-lagi menangis.
“Saranghae,
Victoria” Dia menggenggam tanganku erat.
“Nado
saranghae, Nickhun” Aku semakin erat menggenggam tangannya lalu ku peluk
tangannya. 10 detik kemudian kurasakan genggaman tangannya melonggar, dan
matanya tertutup. Ku rasakan nadinya sudah tidak berdetak. Air mataku semakin
deras mengalir. Kenapa Kau begitu cepat memanggilnya, Tuhan? Tuhan. Jika aku
bisa bertukar, aku ingin sekali bertkar dengannya sekarang. Biarkan saja aku
yang meninggal, Tuhan. Apa salahnya, sehingga secepat ini kau mengambil
nyawanya, Tuhan? Aku terus saja menggerutu kepada Tuhan. Tapi aku sadar, Tuhan
Maha Baik. Dia tahu segala yang terbaik untuk umatnya. Dan jika ini memang yang
terbaik untuk Nickhun, aku akan menerimanya. Walaupun itu sakit. Sangat sakit.
Air
mataku terus saja mengalir. Aku sudah sadar dia tidak ada. Beberapa perawat
lalu melepaskan peralatan rumah sakit yang ada di tubuhnya, seperti infuse dan
selang oksigen. Ku cium lembut bibir Nickhun untuk yang terakhir kalinya. Lalu,
aku mengelus rambutnya sebagai tanda perpisahan. Sungguh, aku sangat
mencintaimu, Nichkun-ssi. Kataku dalam hati sambil terus memandangi wajahnya
untuk terakhir kalinya.
Selama
ini aku sudah melewati hari ulang tahun yang paling indah bersama Nickhun, dan
sekarang adalah hari ulang tahun yang paling buruk dalam hidupku yang juga ku
lalui bersama Nickhun, walau aku harus kehilangannya.
Aku
keluar kamar. Keluarga Nickhun menangis histeris. Air mataku mengalir tanpa
henti. Seolah aku tak pernah lelah untuk memproduksi air mata. Puncak tangisku
saat memoriku mengulang waktu-waktu yang sudah kami lalu bersama, dan aku jatuh
pingsan.
***
Nickhun
sudah dikebumikan. Aku terus saja menangis diatas makamnya. Entah kenapa aku
merasa sulit seklai untuk mengikhlaskan kepergiannya.
[Flashback Off]
Aku
bersiap-siap untuk pergi ke gereja karena ini adalah pagi natal. Aku tidak
banyak bicara. Aku bahkan menjadi orang yang pemurung dan pendiam sekali sejak
kejadian itu. Saat di gereja, aku terus memikirkan masa depanku dan orang tuaku
kalau aku terus bertingkah seperti ini. Terlebih, aku adalah anak tunggal
mereka. Banyak yang mereka harapkan dariku. Aku pun ingin memulai hidupku
seperti dulu. Yang ceria, aktif dan tidak murung.
Sepulang
gereja, aku ijin kepada orangtuaku untuk menjenguk makam Nickhun . Entah
kenapa, setiap aku datang kesini aku selalu menangis, walau batinku melarangku
untuk menangis. Tetap saja butiran air mata itu mengalir dengan sendirinya.
Aku
berlutut disamping makam Nickhun lalu menabur bunga. Sambil menangis aku
berkata,
“Annyeong
Nickhun-ssi. Aku Victoria. Apa kau senang berada di surga? Aku rasa masih ada
yang mengganjal, karna aku belum seutuhnya meng-ikhlas-kanmu kan, walaupun kejadian
itu sudah satu tahun yang lalu? Baiklah,
supaya kau lebih tenang di surga, aku akan mengikhlaskanmu Nickhun-ssi. Aku
ingin membahagia-kan orang tuaku dan juga kau. Maafkan aku karena sudah menjadi
gadis yang selalu tidak bisa mengikhlaskanmu selama setahun ini. Pasti kau juga
sedih melihatku. Aku berjanji akan kembali menjadi gadis yang periang,
Nickhun-ssi. Dan satu lagi janjiku padamu, aku akan selalu mencintaimu. Baiklah
Nickhun, aku akan pergi sekarang. Berbahagialah disana. Saranghae”
Aku
menghapus air mataku. Melangkahkan kakiku untuk beranjak dari makam Nickhun
untuk pulang jalan kaki ke rumah, di iringi oleh turunnya salju yang seolah
mengerti akan perasaanku.
Sekarang
aku sadar. Apa yang menjadi ilik kita sesungguhnya bukan milik kita seutuhnya.
Dia akan kembali ke pencipta kita semua, Tuhan. Jadi cintailah orang yang telah
jadi milikmu, sebelum Tuhan mengambilnya kembali darimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar