Selasa, 09 Juli 2013

[FF G - Oneshoot] Eternal Love



Title : Eternal Love
Author : @lyaalyoot (lyotssi)
Length : One Shoot (2.320 words)
Genre : Romance, Sad ending
Rating : 15+
Cast(s) :  -     Victoria Song
-           Nickhun Buck Horvejkul
Disclaimer : This FF mine! All cast(s) belong to God and their parent.
Warning : Typo. Don’t be plagiarizm. Pls, leave u’re comment after reading^^
Summary : Aku terlalu berpangku padamu, dan sampai pada saat cinta itu telah tiada, aku tak mampu berdiri sendiri.

-Victoria PoV-

Inilah aku yang sekarang. Berbeda 100% dengan Victoria yang dulu. Sekarang kerjaanku hanya mengurung diri di kamar dan selalu menangis. Takdir, kenapa takdir begitu menyakitkan? Ini bulan December dan turun salju. Harusnya aku berbahagia, bermain-main dengan butiran salju. Tetapi tidak sekarang.

Aku begitu menyayanginya, aku bahkan tak pernah memikirkan ini akan terjadi, tapi takdir berkata lain. Aku tahu, Tuhan sangat menyayanginya, makanya Ia mengambil nyawanya segera agar bisa berbaring disamping Tuhan.

[Flashback On]

-SMA Kwang-An-

Aku bosan, sangat bosan. Sudah setahun lebih aku bersekolah disini, dan hari-hari yang kulalui hanya seperti ini. Aku tidak terlalu memiliki banyak teman, entahlah mungkin sikapku yang dingin membuatku malah dijauhi teman-temanku. Hanya dia, Seohyun yang dekat denganku di kelas ini.

“YAA!!! Victoria Song!” Teriakan Seohyun menyadarkan lamunanku.
“Nde?” Aku terkejut menjawab spontan.
“Aigoo. Apa yang kau lamunkan, hah? Namja?” Dia menerka-nerka.
“Yaa! Yaa! Mana mungkin. Aku bahkan tidak mengenal seorangpun namja di kelas 2” Aneh memang. Tapi aku memang tak mengenal seorangpun namja yang seangkatan denganku.
“Miris sekali. Ah, Victoria! Bagaimana kalau kita mengintip kelas 2 namja? Aku dengar mereka kedatangan murid baru dari Thailand” Katanya semangat.
“Ya Seohyun-nie, ini sekolah! Untuk apa mengintip segala? Shireo!” Tolak-ku sambil memasukkan buk kedalam tas.
“Ayolaaah!”

***

Disinilah kami sekarang. Diluar kelas 2 namja. Mengintip dari jendela luar. Entah kenapa setelah mendapat paksaan dari Seohyun aku malah mengiyakan.

Yang kulihat sekarang adalah murid baru yang sedang memperkenalkan dirinya di depan kelas.

“Annyeonghaseyo, nae ireum-eun Nickhun Buck Horvejkul imnida. Aku dari Thailand. Aku pindah ke Korea, karena ayahku bekerja disini. Dan, aku lancar bahasa Korea karena nenekku keturunan asli Korea. Semoga kita bisa menjadi teman yang baik. Gamsahamnida” Dia membungkukkan badan dan sekarang ia tersenyum… dan chakkaman… dia… tersenyum kearahku?!!!

BRAK! Karena kaget aku tersentak dan kepalaku menghantup jendela kelas 2 namja dan aku spontan berteriak, “Aww!!” Sekarang, satu kelas dan tentu saja Kang seonsaeng-nim menatapku heran. Tapi berbeda dengan anak baru itu dia malah tersenyum melihat kejadian itu. Argh, benar-benar memalukan.

“Ya! Kalian berdua! Apa yang kalian lakukan?” Kang seonsaeng-nim mendatangi kami.
“Mianhada seonsaeng-nim” Aku bersama Seohyun membungkuk bersamaan.
“Kalian berdua, ttarawa!” Kami lalu berjalan membuntut di belakang Kang Seonsaeng-nim.
“Bersihkan WC ini sampai bersih! Algettji?”
“Nde, seonsaeng-nim” Kataku dan Seohyun bersamaan. Lalu Kang seonsaeng-nim meninggalkan kami berdua.

“Seohyun-a, mianhae. Gara-gara aku kita jadi seperti ini” Kataku sambil membuang sampah ke dalam bak sampah.
“Ya! Ini juga salahku. Aku yang mengajakmu untuk mengintip kelas itu. Tidak usah dipikirkan, Ara?” Katanya sambil mengepel lantai WC.
“Ne, arasho, Hahaha” Lalu kami tertawa bersama.

“Mianhada seonsaeng-nim” aku bersama Seohyun berulang kali membungkukkan badan tanda maaf kepada Kang seonsaeng-nim setelah kami selesai membersihkan WC.
“Baiklah, jangan ulangi lagi!”
“Ne, seonsaeng-nim!”

“Ya, Seohyun-nie, bagaimana kalau kita makan? Baegopa” Kataku sambil mengelus-ngelus perut.
“Kau saja ya. Aku harus mengurus beberapa proposal OSIS. Mianhae, Victoria” Seohyun memang sangat aktif di organisasi.
“Ye, gwaenchana”

***

Aku sedang membawa jatah makan siangku mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kantin, tidak ada tempat kosong. Aku berputar-putar mencari tempat kosong, dan… Dia murid baru tadi melambai-lambaikan tangan ke arah? Ke arah siapa? Aku menengok kebelakangku. Tidak ada orang.
“Na?” Tanyaku padanya sambil menunjuk diriku sendiri.
“Ne” Katanya sambil tersenyum. Aku menghela nafas, menundukkan kepala lalu berjalan lunglai ke arahnya. Malu, hanya itu yang aku rasakan saat ini. Malu atas kejadian tadi. Pertemuan pertama yang sangat memalukan.

***

Sudah sekitar satu bulan aku berteman akrab dengannya. Dan aku rasa… aku mulai menyukainya. Tapi sepertinya cintaku ni hanya cinta sepihak.

Hari ini ada pertandingan basket antara kelas 2 namja melawan kelas 1 namja. Dia sangat ingin aku menonton. Aku pun pergi dengan Seohyun, walaupun ini hanya pertandingan antar kelas, tapi kursi penonton terlihat penuh.

***

Pertandingan selesai dan dimenangkan oleh kelas 2 namja. Yang menjadi Top Scorrer tidak lain tidak bukan adalah Nickhun. Dia pintar, tampan, jago basket. Hampir semua yeoja disekolah ini menyukainya. Termasuk, ya.. Aku.  Seluruh penonton bertepuk tangan untuk kelas 2 namja. Chakkaman… Semua pemain basket dan pemain cheersleader tiba-tiba berkumpul di tengah laangan sambil membawa papan di atas kepala masing-masing. Terdengar suara komentator yang berteriak “Hana dul set!”

Mereka semua lalu membalikkan papan diatas kepala mereka dan terbentuklah tulisan jumbo,

“Victoria Song, would you be mine?”

Aku yang sedang duduk dikursi penonton menjatuhkan air mata. Aku menangis terharu. Aku tau ini perlakuan siapa. Aku terlalu speechless sampai tidak menyadari bahwa Nickhun sedang berlutut dihadapanku dan memberikan setangkai bunga mawar lengkap dengan senyuman khasnya. Aku mengambil bunga mawar itu lalu tersenyum padanya tanda meng-iya-kan, air mataku jatuh terharu.

***

Kami menjalani hubungan sudah sekitar 5 tahun. Seperti hubungan lainnya, kami juga sering bertengkar, tetapi selalu berbaikan. Dewasa, sikap itulah yang selalu aku rindukan darinya. Dia selalu mengalah untukku, bahkan untuk hal yang konyol sekalipun.

Suatu hari, dia mengajakku makan ramen karena dia sudah lama sekali tidak makan ramen. Tapi ditengah jalan, aku malah merengek ingin makan sushi, akhirnya kami malah makan sushi.

Romantis, aku selalu berhayal saat menonton drama Korea. Aku berhayal kalau aku yang menjadi yeoja dalam drama itu, karna namja dalam drama Korea selalu romantis. Sejk ada Nickhun, semuanya menjadi kenyataan. Ke-romantisan-nya tak pernah habis. Dari mulai hal-hal kecil hingga yang membuat aku terkejut dan menangis bahagia.

Waktu itu –SMA- aku ditugaskan untuk membawa buku-buku yang berat ke kantor. Saat itu, dia tiba-tiba datang dan langsung mengambil buku itu dariku dan membawakannya ke kantor.

Hal romantis lain, saat itu aku berulang tahun yang ke-19. Seharian kami tidak bertemu, bahkan handphone-nye mati. Aku menghawatirkannya. Aku sudah menganggap bahwa hari itu adalah ulang tahun terburuk dalam hidupku. Tapi, saat hari sudah malam, Seohyun datang kerumahku. Menyuruhku memakai gaun lalu menutupi mataku. Aku dibawa menaiki mobil ke suatu tempat, yang aku tidak tahu dimana. Lalu aku di duduk-kan di sebuah kursi. Ada yang membuka penutup mataku dari belakang. Di depan mataku sekarang terdapat layar yang sedang memutar sebuah video yang berisi photo-photo-ku bersama Nickhun, di iringi sebuah lagu mellow yang membuat suasana menjadi bertambah romantis. Aku menitik-kan air mata, terharu. Sesekali aku tersenyum melihat photo-photo itu, di akhir video ada rekaman Nickhun yang meminta maaf dan diakhir video dia berlutut, memberikan sebuah cincin dan berkata,

“Will you marry me, Victoria Song? Tengoklah kebelakang”

Aku berdiri lalu memutarkan badan ke belakang dan tidak sengaja bibirku dan bibirnya bersentuhan. Dia ternyata terlalu dekat denganku. Aku tersentak kaget, mataku membulat. Kulihat, dia juga sangat terkejut. Aku yakin dia juga tidak sengaja melakukan ini.

Di tangannya ada sebuah cincin. Dia tersenyum lalu berlutut di hadapanku.

“Will you marry me, Victoria Song?” Dia mengatakannya sekali lagi di hadapanku secara langsung, sambil membuka kotak cincin yang di dalamnya terdapat cincin yang sangat cantik. Sekali lagi aku meneteskan air mata.

“Yes, I will” Kataku padanya sambil tersenyum. Dia berdiri, lalu memasangkan cincin itu di jariku, dan memelukku erat. Kami resmi bertunangan di hari ulang tahunku. Kado yang dia berikan merupakan kado terindah dalam hidupku.

***

Saat itu dua tahun setelah kami resmi bertunangan. Di tanggal yang sama, hari ulang tahunku yang ke-21.

“I’m ready” Aku berdiri di depan cermin sambil melihat diriku yang sudah tampil sempurna dengan pakaian musim dinginku. Aku melihat jam di tangan kiri-ku, kurang 5 menit jam 4. Aku tinggal menunggu Nickhun menjemputku.

“Victoriaaa!” Teriak omma-ku dari lantai satu. Ah, pasti Nickhun sudah datang.
“Ne, aku akan turun, omma” Lalu aku menuruni tangga. Aku sudah melihat Nickhun yang tersenyum melihatku. Kami berpamitan pada omma-ku lalu pergi.

Kami sengaja hanya berjalan kaki, tidak menggunakan mobil. Sepanjang jalan, tangan hangat Nickhun selalu menggenggam tanganku. Aku benar-benar sangat merasa di lindungi olehnya.

Kami sampai di sebuah café, dia membeli cake kecil lalu menancapkan sebuah lilin di tengah cake itu. Dia menyanyikan lagu selamat ulang tahun,

“Saengil chukka hamnida, saengil chukka hamnida. Saranghaneun Victoria, saengil chukka hamnida. Tiuplah lilinnya” Katanya lagi.
“Nde” Kataku dan meniup lilinnya. Lalu kami tertawa, dan meminum teh berdua.

Selama di café dia tak pernah berhenti menatapku.

“Wae? Kenapa kau selalu menatapku? Apa ada yang salah denganku hari ini?” Aku menatapnya heran.
“Anhi. Aku sangat mencintaimu, Victoria. Kau tau?” Dia terus menatapku.
“Aku tau, aku juga sangat mencintaimu, Nickhun-ah”
“Maukah kau selalu mencintaiku, bahkan jika sebentar lagi Tuhan mencabut nyawaku?”
“YAA! Untuk apa kau bicara seperti itu?” Aku menatapnya sinis.
“Maukah kau berjanji? Yakseok?” Dia mengulurkan jari kelingkingnya. Aku tersenyum sambil menatap matanya,
“Ne, yakseok” Aku melingkarkan jari kelingkingku dengan jari kelingkingnya.

***


Kami lalu bermain-main dengan salju. Kami bermain perang salju, seperti anak-anak. Kami juga saling melempar bulatan-bulatan salju.

Lalu kami berlarian, sampai aku tak sadar bahwa aku sekarang ada di jalan raya. Aku ada di tengah jalan, langkah-ku tiba-tiba terhenti dan aku melihat lampu mobil yang sangat terang mendekat ke arahku. Aku memejamkan mata, berteriak, dan BRUK!

Kenapa? Aku tidak merasakan apa-apa. Aku membuka mataku, dan yang kulihat… Nickhun, dia terbaring bersimbah darah. Aku tiba-tiba terduduk dan langsung menangis histeris.

***

Dia sudah di tangan oleh pihak rumah sakit. Keluarga-nya juga sudah ada di sini. Aku meminta maaf atas kejadian ini pada keluarga Nickhun, tapi keluarganya menyuruhku agar jangan merasa bersalah karena ini sudah takdir Tuhan. Dan tugas kami sekarang adalah berdoa demi keselamatannya.

Saat itu, aku terus menangis. Aku duduk di kursi tunggu dengan persaan sedih, takut, dan deg-deg-an.
“Namja pabo!!!”
Aku bergumam sendiri dalam tangis ku. Kenapa dia tidak membiarkan aku saja tadi? Harusnya aku yang ada di tempat Nickhun sekarang. Kenapa dia malah melakukan itu? Air mataku semakin deras. Aku juga sempat membenci diriku sendiri saat itu.

Tak lama, dokter keluar dari ruangan Nickhun. Kami semua langsung berdiri menghadap dokter.
“Eotteokhae, dokter?” Tanyaku penasaran sambil menangis.
“Dia masih sangat lemah, tapi dia sudah siuman. Hanya boleh ada 1 orang yang menemuinya sekarang” Dokter itu memberi penjelasan. Semua memandang ke arahku mengisyaratkan bahwa aku harus masuk ke dalam ruangan Nickhun dan menemuinya sekarang. Sebelumnya aku membungkuk 90 derajat ke arah keluarga Nickhun. Lalu aku pelan-pelan masuk ke ruangannya.

Aku menangis. Menangis melihat orang yang aku cintai terbaring lemah dengan kepala di perban, infuse ditangan dan selang oksigen di mulutnya. Tak lupa baju hijau rumah sakit itu melengkapinya.

Dia tersenyum ke arahku. Senyum paling tulus yang pernah aku lihat darinya. Aku duduk disamping ranjangnya.
“Ya! Namja pabo! Apa yang kau lakukan tadi, huh?!” Aku memarahinya sambil terus mengeluarkan air mata.
“Aku melindungimu” katanya lemas. Dia menghapus air mataku dengan tangannya yang aku rasa dia saja sulit untuk menggerakannya. Aku menggenggam erat tangan kirinya dengan kedua tanganku.
“Kau masih ingat janjimu kan?” Katanya terbata-bata.
“Nde. Tentu saja” Kataku sambil lagi-lagi menangis.
“Saranghae, Victoria” Dia menggenggam tanganku erat.
“Nado saranghae, Nickhun” Aku semakin erat menggenggam tangannya lalu ku peluk tangannya. 10 detik kemudian kurasakan genggaman tangannya melonggar, dan matanya tertutup. Ku rasakan nadinya sudah tidak berdetak. Air mataku semakin deras mengalir. Kenapa Kau begitu cepat memanggilnya, Tuhan? Tuhan. Jika aku bisa bertukar, aku ingin sekali bertkar dengannya sekarang. Biarkan saja aku yang meninggal, Tuhan. Apa salahnya, sehingga secepat ini kau mengambil nyawanya, Tuhan? Aku terus saja menggerutu kepada Tuhan. Tapi aku sadar, Tuhan Maha Baik. Dia tahu segala yang terbaik untuk umatnya. Dan jika ini memang yang terbaik untuk Nickhun, aku akan menerimanya. Walaupun itu sakit. Sangat sakit.

Air mataku terus saja mengalir. Aku sudah sadar dia tidak ada. Beberapa perawat lalu melepaskan peralatan rumah sakit yang ada di tubuhnya, seperti infuse dan selang oksigen. Ku cium lembut bibir Nickhun untuk yang terakhir kalinya. Lalu, aku mengelus rambutnya sebagai tanda perpisahan. Sungguh, aku sangat mencintaimu, Nichkun-ssi. Kataku dalam hati sambil terus memandangi wajahnya untuk terakhir kalinya.

Selama ini aku sudah melewati hari ulang tahun yang paling indah bersama Nickhun, dan sekarang adalah hari ulang tahun yang paling buruk dalam hidupku yang juga ku lalui bersama Nickhun, walau aku harus kehilangannya.

Aku keluar kamar. Keluarga Nickhun menangis histeris. Air mataku mengalir tanpa henti. Seolah aku tak pernah lelah untuk memproduksi air mata. Puncak tangisku saat memoriku mengulang waktu-waktu yang sudah kami lalu bersama, dan aku jatuh pingsan.

***

Nickhun sudah dikebumikan. Aku terus saja menangis diatas makamnya. Entah kenapa aku merasa sulit seklai untuk mengikhlaskan kepergiannya.

[Flashback Off]

Aku bersiap-siap untuk pergi ke gereja karena ini adalah pagi natal. Aku tidak banyak bicara. Aku bahkan menjadi orang yang pemurung dan pendiam sekali sejak kejadian itu. Saat di gereja, aku terus memikirkan masa depanku dan orang tuaku kalau aku terus bertingkah seperti ini. Terlebih, aku adalah anak tunggal mereka. Banyak yang mereka harapkan dariku. Aku pun ingin memulai hidupku seperti dulu. Yang ceria, aktif dan tidak murung.

Sepulang gereja, aku ijin kepada orangtuaku untuk menjenguk makam Nickhun . Entah kenapa, setiap aku datang kesini aku selalu menangis, walau batinku melarangku untuk menangis. Tetap saja butiran air mata itu mengalir dengan sendirinya.

Aku berlutut disamping makam Nickhun lalu menabur bunga. Sambil menangis aku berkata,

“Annyeong Nickhun-ssi. Aku Victoria. Apa kau senang berada di surga? Aku rasa masih ada yang mengganjal, karna aku belum seutuhnya meng-ikhlas-kanmu kan, walaupun kejadian itu sudah satu tahun yang lalu?  Baiklah, supaya kau lebih tenang di surga, aku akan mengikhlaskanmu Nickhun-ssi. Aku ingin membahagia-kan orang tuaku dan juga kau. Maafkan aku karena sudah menjadi gadis yang selalu tidak bisa mengikhlaskanmu selama setahun ini. Pasti kau juga sedih melihatku. Aku berjanji akan kembali menjadi gadis yang periang, Nickhun-ssi. Dan satu lagi janjiku padamu, aku akan selalu mencintaimu. Baiklah Nickhun, aku akan pergi sekarang. Berbahagialah disana. Saranghae”

Aku menghapus air mataku. Melangkahkan kakiku untuk beranjak dari makam Nickhun untuk pulang jalan kaki ke rumah, di iringi oleh turunnya salju yang seolah mengerti akan perasaanku.

Sekarang aku sadar. Apa yang menjadi ilik kita sesungguhnya bukan milik kita seutuhnya. Dia akan kembali ke pencipta kita semua, Tuhan. Jadi cintailah orang yang telah jadi milikmu, sebelum Tuhan mengambilnya kembali darimu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar